Kecapekan di Singapura



Kalimat digambar atas benar adanya tapi tahukah kalian bahwa sahabat pengertian bisa berbuat sebaliknya. Perjalanan dekat dibuat lebih jauh.

Tahun 2012, masih unyu-unyu, masih kuliah ditingkat akhir dan masih, ehm, dalam masa senang-senang karena gue akhirnya move on dari patah hati yang pertama. Tiba-tiba sahabat per-kos-an bareng, per-kentut-an bareng dan nyontek bareng, oke disini gue yang nyontek sedangkan dia yang ngegeser kertas, ngajakin ke Singapura minggu depan. Kesambet apaan coba tuh orang? Mahasiswa kere begini diajak jalan jauh-jauh. But, I loved her idea, so, I told her to arranged our itinerary dan nyuruh dia cari tiket paling murah, Padahal gue belom pegang izin pergi coba, gimana kalo nggak dikasih? Have a faith, pasti dikasih izin walau duitnya nggak

Malam itu juga, gue telepon nyokap karena saat itu gue ngekos dan nggak mungkin minta izin pergi jauh hanya dengan lewat sms, yang ada gue bisa digantung di pohon jambu.

"Mam, lagi ngapain?" *basa basi busuk, biasalah*
"Kenapa?" *doi udah tau gue ada maunya, I love you so much mom*
"Minggu depan aku mau ke singapur ya sama Shinta, cowonya, sama temen cowonya, berempat."
"Ada duit nggak?" Bagi yang nggak tau nyokap gue, ini bukan pertanyaan bakal dikasih duit tapi pertanyaan yang menyiratkan "Lo mau pergi silahkan asal jangan minta duit ke gue."
"Ada. Backpacker-an doang kok nggak mahal."
"Ya udah, kapan pergi?" *YES, tapi nangis karena bawa duit ngepas*
"Belom tau tanggalnya, lagi cari tiket murah. Nanti pas di rumah aja aku kabarin lagi."
"Oke."
*telepon putus*

Pertama kali yang terlintas dikepala gue adalah OMG DUIT GUE ADA BERAPA INI dan yang kedua adalah bangke gue jomblo. Parahnya, sohib gue dan pacarnya yang tercinta itu sangat menganut public affection. Gue pun menggantungkan harapan kalau orang keempat yang ikut asyik, nyambung dan hebring, at least gantenglah ya. Ternyata...*tarik napas* Oke kita nggak bahas ini, back to the topic. Jadi semua permasalahan duit alias beli tiket, nyari penginapan, dll, gue serahin ke Shinta, berikut duit gue. *hiks* 
Seminggu kemudian, gue siap terbang dan perjalanan kali ini benar-benar bikin gue ngerasa jadi orang kaya yang tinggal beli tiket kemanapun gue mau, YEAH!!! 

Sampai di Singapura, biasalah ya kegiatannya, cari penginapan dan langsung jalan kemanapun langkah membawa aja. Di hari ke dua atau ke tiga, gue agak lupa, kami memutuskan untuk mengunjungi Bugis Street, Chinatown, Little India dan kemana lagi deh lupa. Pokoknya kunjungan terakhir itu di Vivo Mall, CAPEK BANGET, kaki mau patah rasanya, seandainya kaki manusia kayak kaki barbie mungkin gue udah leha-leha dengan kaki tergelatak disamping kursi.  

"Ta, gue nggak sanggup jalan lagi, capek banget, duduk dululah." Christo, pacarnya Shinta nyerah, gue sama Shinta sih udah biasa capek sampe mau mati karena keseringan dapet mata kuliah memandu jadi berasa biasa. Satu lagi nggak ikut barengan karena dia punya janji lain.

Kami bertigaan duduk di kursi, niatan awal sih langsung naik MRT, tapi batal karena nggak ada yang kuat berdiri sewaktu MRT datang,
"Tunggu yang satu lagi aja ya sambil istirahat." Yah, gue ikut aja namanya juga liburan nggak usah buru-buru pulang tapi udah malam juga sih tetap harus buru-buru pulang. Karena bosan, isenglah ngeliatin orang-orang Singapura, kali aja ada yang cucok plus bisa dikedipin daripada sibuk ngiri sama pasangan sebelah gue. Untungnya, ada peta MRT yang bisa bikin gue teralihkan dari rasa jomblo yang bikin mata dan hati nyeri ngiri. Gue berdiri dan ngeliatin petanya, yes, gue dengan bangga bilang, gue cewek yang bisa baca peta.

Gue asyik mikir sendiri, oh, gue lagi disini toh, jadi kalo gue mau balik ke penginapan gue harus pindah kereta sekali dan ngelewatin lima perhentian. Gue di Vivo dan harus ke Lavender, okay, bentar doang kok harusnya kuat cuma 15 menit. Tapi pikir-pikir lagi dari stasiun sampai ke penginapan masih harus jalan kaki lagi kira-kira 15 menit. Oh Tuhan, izinkan hambamu terbang sekali aja. Gue hopeless, seriously dan di ke-hopeless-an ini, gue menemukan jalan keluar yang sangat indah.

"Eh, mau istirahat panjang nggak?" Tanya gue mendadak.
Mereka langsung nengok ke gue, kaget, syok kenapa gue masih punya tenaga buat lihat peta.
"Apaan?"
"Kita naik MRT lewat jalur kuning, sekitar satu jam sampai ke Lavender tapi nggak perlu pindah MRT, lumayan bisa tidur, gila." Gue nyengir lebar banget dan yakin bahwa mata gue berbinar-binar. Begitu juga teman-teman gue yang tampangnya udah nggak karuan lagi karena mereka langsung dengan semangat mengiyakan sambil ketawa, benar-benar ketawa ngakak.
"Anjir, elo bisaan aja mikirnya. Okeh capcus deh," Si Christo langsung oke, iya, yaiyalah nyawa dia tinggal seperempat, mau dibawa kemana juga hayuk aja asal jangan pake jalan. Makhluk yang satu lagi, berdiri disamping gue dan minta nunjukkin maksudnya lewat mana. Hah, dasar orang pintar selalu pengen membuktikan tapi ujung-ujungnya nanya, "Mana sih, ah?" Dilanjutkan dengan, "Karena gue nggak bisa baca peta, kita nyerahin diri sama elo."

5 menit kemudian, kami bertiga dengan tampang lecek, lepek, muka minyakan dan kehausan, sudah duduk anteng di MRT menuju Stasiun Lavender. Cuma kami bertiga yang nggak turun-turun sedari ramai, ramai sekali hingga sepi, tidur pula. Macam gembel terlantar.

s
"Satu-satunya makanan paling mewah di Singapura"



"Capek beuttttt...."



 


P.S: Blog ini didedikasikan untuk orang yang bawel banget minta foto-foto ini. Love you, twinzie. Walaupun kita bukan kembar, mirip pun sedikit pun juga nggak, yang ada jauh banget tapi cuma dirimulah yang paling mengerti aku. Mu...Mu...Muuaachhh :*



THE END

Komentar

  1. Twinziiie tengkyuu akhirnya foto2 ini muncull jg ^0^ hahah emank lu terbaik lah ta klo suru cari "shortcut" apapun , wkwkk, uk lahh plesir lg kt biar nambahin crita tingkah laku lu yg aneh2 *ga sebut diri sndiri,, akhir kata LOVE THIS BLOG SOOO MUUCHH ,,muahh2

    From : ur blog's fan

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer