Saying Goodbye


Its easy to say hello but its always, always hard when its time to say goodbye.

Saat pindah dari satu kantor ke kantor lainnya or you may say "kutu loncat", gue nggak pernah merasa sedih meninggalkan teman sekerja di kantor lama. Sedih, tapi ya sudah aja gitu. Gue tau semua harus berubah, gue harus berubah. Saking banyaknya gue pindah-pindah, gue ngerasa mati rasa sama perasaan takut dengan kantor baru. Gue kebal. 

Juni tahun kemarin, gue membuat gebrakan pada diri gue sendiri dengan menjadi seorang sales di suatu developer property cukup terkenal. Dari pekerja jam delapan pagi sampai lima sore dengan gaji bernominal lumayan besar plus libur sabtu minggu berubah menjadi gaji umr tanpa dua kali libur weekend. Gue mencoba tanpa takut apapun. Yah, kalau gagal tinggal resign, cari lagi kerjaan baru. 
Kenyataannya, ternyata gue bertahan sampai bulan ini. Give me applause, would you? 
Dan hanya disinilah, gue berhasil berteman, bukan cuma say hi dan menghabiskan waktu hanya karena kerja. Tapi benar-benar berteman. 

"Ah, gue mau bertahan aja disini. Gue butuh apa lagi sih disini selain teman-teman yang menyenangkan dan bos super baik", pikir gue. Selama delapan bulan gue di sini, I found myself surrounded by good people. At least, gue suka mereka, cara berpikir, menghabiskan waktu dan lain-lain yang gue banget. Di satu titik, gue berpikir keadaan gue bakal abadi, tetap seperti ini. Gue cukup bahagia. Tapi gue lupa, selama waktu berputar, maka perpisahan akan selalu ada. Gue lupa, kemungkinan teman-teman gue untuk meninggalkan juga ada. 

Dua minggu kemarin adalah salah satu waktu yang menyedihkan. Mendadak perpisahan itu secara gamblang disuguhkan di depan mata. Kali ini, gue yang ditinggal pergi. Called me anything you want, lebay, hiperbolis atau apapun. Gue sedih kehilangan mereka, satu persatu. Sedih mengingat bahwa nggak akan ada lagi hal-hal menyenangkan, bodoh dan kebandelan kemarin. Sedih karena gue merasa harus kembali bertahan sendirian seperti dulu, sebelum kenal mereka. 

Hal-hal kecil yang gue anggap biasa di kantor, sekarang jadi hal besar yang cuma akan jadi ingatan masa lalu. Rutinitas setiap hari nggak akan pernah sama lagi. Saying, " we still can meet up, jarak kita kan masih bisa ditempuh mobil", mulai terdengar terasa jauh, entah. Berasanya kayak abis diputusin pacar dan dia bilang, "kita masih bisa temenan kok". Ha ha ha. I am laughing right now and I am crying at the same time. 

Can I turn back time? No, of course. Silly me. 
Nothing last forever, right, hey maroon 5?

For you, good friends, see you on the top!

Postingan Populer