Cerita di Lombok (Hari 1)


Holaaa. Niatan nulisnya sudah sebulan lalu tapi akhirnya baru di post sekarang. Nggak apa-apa lah ya telat nge-blog daripada telat yang lain kan jadi bahaya. *apaan tuh*

Kami berenam, pagi-pagi buta udah nongkrong di Bandara Soekarno-Hatta dengan keberangkatan pukul lima pagi. Pagi amat? Tentunya dengan alasan nggak mau rugi lah ya. Pukul delapan pagi waktu Lombok, kami siap dijemput driver merangkap tour guide, bernama Wahyu. Tempat pertama yang kami datangi adalah... jeng ejeng ejeng, restoran kecil dekat dengan bandara. Laper, euy. 


Perjalanan di hari pertama lebih banyak menyusuri perbukitan yaitu Bukit Senggigi, Bukit Setangi, bukit Malimbu 1 dan Bukit Malimbu 2. Kalimat "semakin tinggi kita berada, pemandangan yang terlihat juga semakin menajubkan" memang benar adanya. Sepanjang yang gue lihat cuma satu pemandangan, garis pantai. Tapi warna biru laut Lombok bikin pengen nyebur langsung. Di setiap tempat perhentian menampilkan pemandangan yang berbeda-beda. Contohnya saja, kami dibawa ke Vila Hantu. Nggak, ini bukan tur horor. Bernama Vila Hantu karena bangunan ini ditinggalkan saat sudah setengah dibangun. Kalau punya keberanian tingkat tinggi kalian bisa naik ke lantai dua dan duduk dipinggiran lantai yang mengarah langsung ke laut untuk berfoto. Gue juga foto disana tapi hasilnya amburadul jadi nggak gue pamerin deh. 

Sekitar jam satu siang, kami tiba di Pelabuhan Bangsal untuk menyeberang ke Gili Trawangan. Penyeberangan ke Gili Trawangan dibuka pada pukul delapan pagi dan tutup pukul setengah lima sore. Ada dua jenis kapal penyeberangan di sini, kapal lambat dan kapan cepat. Perbedaan paling jelas pasti ada di harga, kapal lambat ke Gili Trawangan hanya Rp 18.000,00/sekali jalan, sedangkan biaya kapal cepat adalah Rp 85.000,00/sekali jalan. Keduanya akan jalan ketika penumpang sudah penuh. Akhirnya kami memutuskan untuk sewa kapal cepat tanpa perlu menunggu dengan biaya Rp 500.000,00/kapal/sekali jalan. Kurang lebih sama saja dengan kapal cepat umum karena kami patungan berenam. Kalau punya waktu luang banyak silahkan naik kapal lambat umum.

Pelabuhan Bangsal ke Gili Trawangan hanya menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam. Begitu sampai sudah banyak ojekan delman menawari kami. "Om, Tante, naik sama kuda saya aja yok." Teriak seorang mas Lombok yang langsung gue lewatin karena menyapa pakai kata tante *huh*. Biaya perjalanan ke Hotel Aston menghabiskan Rp 70.000,00/delman/sekali jalan. Satu delman bisa diisi tiga orang, bisa juga empat kalau tega. Kisah Hotel Aston, silahkan baca disini Aston Hotel, Gili Trawangan.

Sesampainya di kamar masing-masing, gue langsung buka kamar dan KELIATAN KOLAM RENANG. Uhuyyyy~ Agenda istirahat pun berubah menjadi leha-leha di kolam renang sambil minum air kelapa. Tapi cuma tahan sejam karena kepengen muterin pulau naik sepeda. Eh, dasar emang udah mulai tua, kelar mandi semuanya pada tidur.
Jam setengah lima, kami berenam bersiap-siap pergi ke Sunset Point. Letak Sunset Point yang cukup jauh dengan Hotel membuat kami (bukan gue) memutuskan untuk naik sepeda (gue nggak bisa >.<). Sayangnya, sepeda yang disediakan gratis oleh pihak hotel sudah habis (YES!!). Jadi kami leyeh-leyeh nunggu matahari terbenam di depan hotel yang juga menyediakan banyak tempat duduk dipinggiran pantai. 

Dan hari pertama selesai dengan cepat dan tenang tanpa riweh-riweh pesta ataupun keliling pusat kota. Alasannya? Baca Aston Hotel, Gili Trawangan. Sampai jumpa di hari kedua! 


















Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer